Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

headline

Bertumbuh menjadi diri dan Orangtua yang Layak untuk Anak

 

Manusia lahir membawa kebutuhan untuk diterima. Respon orangtua menentukan seorang anak merasa diterima atau tidak. Jika anak menangis, namun orangtua tidak menanggapinya dengan segera, maka anak mungkin akan diam, akan tetapi ia akan merasa bahwa tidak ada orang yang memedulikannya.

Begitu juga dengan anak yang sering diabaikan masa kecilnya, entah karena alasan sibuk, permasalahan dengan pasangan atau ada adiknya yang masih kecil yang harus di urus. Ini akan menimbulkan perasaan tidak diinginkan, gambaran diri bahwa dirinya tidak penting. Selanjutnya perasaan ini akan berkembang jika dibiarkan oleh orangtua.

Anak sangat ingin di anggap “ada” oleh orangtuanya. Oleh karenanya jika ia tidak terpenuhi kebutuhannya ini, maka ada perilaku yang mengganggu orang tuanya. Bisa menangis, ataupun jahil, sehingga orangtua akhirnya memerhatikannya dengan cara yang “special”.

Orangtua yang dewasa akan menginstropeksi kenapa anak ini rewel? Apa yang dibutuhkannya? Apa yang harus saya lakukan? Ia menyadari, bahwa anak-anak tidak bisa mengendalikan perasaan dan perilakunya semahir orang dewasa. Oleh karenanya orangtua yang dewasa akan mengenali kebutuhan anak dan memenuhinya.

Namun jika orangtua tidak dewasa, ia akan berfokus pada dirinya sendiri. Biasanya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah :

“Kenapa dia selalu rewel, ini mengganggu aku..”

“Aku sudah bilang padanya untuk tenang, dasar anak bandel..”

Dialog diri orangtua semacam ini akan memunculkan perilaku yang tidak menyelesaikan masalah. Orangtua akan membentak bahkan memukul, yang ini akan menyakiti hati anak bahkan menciderai fisiknya.

Ada juga reaksi orangtua yang semakin membiarkan anaknya yang sedang “mencari perhatian” ini. Anak tidak mendapatkan apa yang dibutuhkannya, dan hal ini bisa berkembang menjadi citra diri yang negatif.

Anak akan mengembangkan perasaan :

“Aku tidak diinginkan..”

“Aku tidak penting..”

“Aku tidak di sayang..”

Saat anak memiliki pikiran dan perasaan seperti itu, maka ia akan mengambangkan perilaku yang sejalan dengan pemikirannya. Ia menjadi pemalu, penakut, merasa di tolak, sensitif terhadap penolakan. Inilah “luka batin” yang di dapat anak di masa awal perkembangan.

Anak yang merasa tertolak dan merasa tidak diinginkan akan melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhannya ini. Ia akan mendekati siapapun yang bisa memenuhi kebutuhannya ini. Ia ingin merasa diterima, karena dengan begitu ia bisa menerima dirinya sendiri.

Penerimaan Tanpa Syarat

Beberapa orangtua menerima anaknya dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dulu. Anak harus bisa rangking dulu baru di puji. Anak harus bisa bahasa inggris dulu baru di sayang. Anak harus bisa menulis dulu baru di anggap anak pintar. Anak yang diterima dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi akan sulit menerima diri mereka sendiri apa adanya.

Mereka menuntut diri harus sempurna, baru bisa menerima diri sendiri. Sesungguhnya, siapa sih yang merasa nyaman di terima harus dengan syarat-syarat? Meskipun akhirnya di terima, namun ada rasa kesal yang mengganjal.



Anak-anak yang dibesarkan dengan penerimaan bersyarat, akan melakukan hal yang sama kepada orang lain. Bahwa orang harus kaya dulu untuk jadi teman saya, orang harus pintar, dan sebagainya.

Kembali ke Fitrah

Kita aslinya tidak seperti itu. Kita aslinya periang. Kita berteman dengan siapa saja sewaktu kecil. Kita berbicara dengan siapa saja. Kita mudah membahagiakan orang lain. Kita mudah tersenyum dan tertawa lepas. Kita riang gembira saat bermain dan bangkit lagi ketika terjatuh. Kita adalah diri kita yang suci, yang bersih. Luka batin di masa lalu lah yang membuat kita menjadi tidak asli lagi. Jika kita pemarah, maka itu bukanlah diri kita. Marah memang sudah ada di dalam setiap diri manusia, namun menjadi pemarah adalah hal yang berbeda.

Mari kita kembali pada diri kita yang asli, yang suci.

Maafkan diri kita sendiri saat salah

Berikan makanan jiwa kita sendiri

Jika dulu kita mendapat makanan jiwa dari orang lain, saat dewasa kita yang memberi makan jiwa kita sendiri.


Contact me     
Telegram Channel       : https://t.me/psikologikaindonesia
Telegram Group          : https://t.me/psikologikagroup
Facebook                      : https://www.facebook.com/psikologikaind
Youtube                        : https://www.youtube.com/channel/UCF9bwdJVtN3yb8G91CQQfvg

Whatsapp                     : https://wa.me/6285646097582

Post a Comment for "Bertumbuh menjadi diri dan Orangtua yang Layak untuk Anak"